Lagu-Kumpulirik----Nama dari band ini adalah DARA PUSPITA. Masyarakat Dunia lebih mengenal Beliau dengan sebutan FLOWER GIRLS. Band yang kesemuanya Wanita ini berasal dari Kota Surabaya, Jawa Timur, INDONESIA, dan mulai aktif bermusik di tahun 1960an. Tahun 1964 adalah tahun dimana DARA PUSPITA resmi berdiri dan mengibarkan bendera Musiknya. ROCK adalah Aliran musik yang Mereka usung.
Personel Dara Puspita
Berikut adalah Wanita-wanita INDONESIA yang tergabung dalam DARA PUSPITA pada saat Mereka mulai melakukan Tur berskala dunia :
- Titiek Adji Rachman / Tiqqie [Kelahiran tahun 1946] sebagai Lead guitar/ Organ/ Vocal
- Lies Soetisnowati Adji Rachman / Lies [Kelahiran tahun 1948] sebagai rhythm guitar dan Vocal
- Susy Nander / Sioe Tjuan / Susy [Kelahiran tahun 1947] sebagai drums & Vocal
- Titiek Hamzah / Taqqie [Kelahiran 1949] sebagai Bassist & Vocal
Dalam sebuah dekade waktu Dara Puspita akhirnya jadi perbincangan lagi. Setidaknya diantara para dewan juri tetap Indonesia Cutting Edge Music Award (ICEMA) untuk periode 2013-2014 yang terdirib atas Indra Ameng, David Tarigan, Harlan Bin, Eric Wirjanatha, Sandra Asteria, Wendi Putranto dan saya sendiri. Jelang akhir penjurian ICEMA Award, kami mendapat tugas berat untuk memilih dan menentukan siapa sosok pemusik yang akan disematkan anugerah Lifetime Achievement. Kriterianya mencakupi gagasan dan konsep bermusik serta pengaruh musik yang mereka ciptakan dan mainkan pada generasi di jamannya maupun generasi di era-era sesudahnya.
Ada terobosan yang kuat dalam menebar karya-karya mereka. Dari elemen-elemen yang telah terpatri dibenak kami, akhirnya tercetus sebuah nama band yang mulai menguak pada dasawarsa 60an. Ini jelas masih direzim Orde Lama yang tak memberi ruang terhadap pola bermusik anak muda yang bermuara pada aspek dank redo kebebasan berekspresi.Di zaman itu,dunia musik internasional telah bersimbah virus British Invasion dimana band-band popular yang berasal dari Britania Raya tengah menjadi idola dan acuan anak muda diseantero jagad termasuk Indonesia.Band-band seperti Dara Puspita yang menguntit pamor pendahulunya Koes Bersaudara juga tak berdaya menghadapi sensor pemerintah yang anti ngak ngik ngok.Ngak ngik ngok adalah idiom yang dilontarkan Bung Karno terhadap perilaku budaya popular yang dikumandangkan lewat band-band atau pemusik bernafas rock’nroll mulai dari Elvis Presley, Bill Haley and His Comets dari Amerika Serikat hingga The Beatles dan The Rolling Stones dari Inggris.
Dara Puspita On nTour
Walaupun Dara Puspita tak sampai mendekam dalam penjara seperti halnya Koes Bersaudara yang digiring ke kursi tertuduh karena dianggap menyepelekan budaya bangsa Indfonesia,kebarat-baratan tanpa kepribadian sama sekali, namun keempat gadis berambut poni yang terampil bermusik ini harus dibreidel aparat dan diharuskan melakukan wajib lapor.Saat itu pemerintah dengan tegas tanpa tedeng aling-aling ingin membumihanguskan perilaku budaya Barat yang tercerabut dalam musik popular.
Menariknya, Lies AR (gitar), Titiek AR (gitar), Susy Nander (drums) dan Titik Hamzah (bass) tak gentar. Mereka tetap konsisten dengan raungan musiknya yang direkam secara porimitif di studio Irama milik Soejoso Karsono maupun Mesra Record milik Dick Tamimi.Jiwa rockn’roll Dara Puspita terlihat jelas saat menghadapi kasus ngak ngik ngok ini.Keempat wanita ini tetap berperilaku mbalelo.
Harap diketahui bahwa pilihan keempat wanita asal Surabaya ini memilih membentuk band sebagai ekspresi berkesenian adalah hal yang sangat luar biasa. Mengingat tatakrama dan adat ketimuran yang masih dijunjung tinggi dalam masyarakat kita seolah menggariskan bahwa wanita tak pantas menggebuk perangkat drum,memetik dan meraungkan gitar elektrik maupun bass serta tampil energik baik di bilik rekaman maupun pentas pertunjukan.
Kepeloporan Dara Puspita yang dalam hal ini bias disebut pula sebagai upaya kesetaraan gender, pada akhirnya menyemaikan tren bermunculannya banyak band-band wanita saat itu.
Setelah pemunculan Dara Puspita yang fenomenal dengan kredo rock n’roll yang kuat ,arkian muncullah sederet panjang band-band wanita yang seolah tak ingin kalah dengan band-band pria yang telah menuai kejayaan.Ada The Singers,The Beach Girls di akhir era 60an.Lalu ada Pretty Sisters,Aria Junior,One Dee and The Ladyfaces,The Orchids,Anoas,Antique Clique ,Ress Group,Partha Putri dan masih sederet panjang lagi di era 70an hingga 80an.Bahkan di tahun 1976 majalah pop culture Top yang terbit di Jakarta pernah menggagas menyelenggarakan Festival Band Wanita pertama di Indonesia.Festival ini hanya sempat dilakukan sekali saja.
Namun,band band wanita tetap deras bermunculan dan tumbuh kembang di seluruh Indonesia. Jelas ini adalah pengaruh besar yang ditularkan oleh Dara Puspita, yang juga telah melakukan bebereapa konser muhibah ke berbagai penjuru dunia, mulai dari wilayah Asia hingga Eropah.Dara Puspita pun sempat merilis beberapa singles pada label Decca Record di Inggris.
Belakangan di erea 80an,banyak blog-blog dalam dan luar negeri mulai mentahbiskan Dara Puspita sebagai band garage wanita pertama di Indonesia. Istilah garage band ini kemungkinan karena mereka menyimak kualitas rekaman Dara Puspita yang masih menggunakan teknologi primitive terdengar lebih raw, apa adanya dan lugas.
Sara Schondhardt dalam The Wall Street Journal edisi 25 September 2014 menulis tentang sepak terjang Dara Puspita dengan tajuk “Indonesia’s First All-Girl Rock Band Still Has The Power To Captive” yang antara lain menyebut bahwa Dara Puspita adalah band wanita yang tampil dengan semangat berapi-api penuh daya dan gaya musik gugat.Schondhardt bahkan membandingkan Dara Puspita dengan Pussy Riot, band punk wanita Rusia yang menawarkan aura feminisme.
Di mata mereka Dara Puspita adalah sebuah keajaiban dari Negara ketiga yang tengah memulai kebangkitan.Ketakjuban mereka terlihat jelas ketika selama seminggu dari tanggal 1 hingga 6 Oktober kemarin di Casa Luna Ubud Bali berlangsung pameran tentang Dara Puspita dengan tajuk Dara Puspita : The Greatest Girl Group That (N)ever Was yang digagas oleh Julien Poulson,orang Australia yang bermukim di Phnom Penh Kamboja. Julien Poulson bahkan berencana ingin membuat album Tribute To Dara Puspita.
Terbetik pula berita bahwa sebuah label rekaman asal Portugal bernama Groovie Record merilis album kompilasi hits Dara Puspita dalam format vinyl secara illegal.Album yang dirilis tanpa izin dari Dara Puspita ini ternyata mendapat sambutan hangat dimancanegara.
Di Detroit Michigan Amerika Serikat ada seorang disc jockey yang kerap memutarkan piringan hitam Dara Puspita dihadapan para pengunjung bar. Merekap pun larut dalam hits Dara Puspita Marilah Kemari yang ditulis Titiek Puspa.
Empat ahun sebelumnya Alan Bishop pemilik label rekaman Sublime Frequencies yang berada di Seattle AS merilis ulang secara resmi kumpulan hits Dara Puspita (1966 -1968). Album yang berisikan 26 lagu itu bahkan masuk dalam 25 Favorite World Compilations of 2010 yang dipilih situs music terbesar dan berwibawa All Music Guide.
Di Australia sendiri muncul sebuah tribute band yang khusus membawakan repertoar Dara Puspita.Band yang bernama 45 ini beberapa waktu lalu menggelar konser di Jakarta.
Fakta-fakta ini jelas menunjukkan bahwa Dara Puspita merupakan salah satu pilar bersejarah dalam konstelasi musik popular di Indonesia.Dara Puspita walaupun tak menyuarakan ekspresi politiknya dalam bermusik,tapi dari ragam musik yang mereka mainkan,ekspresi bermusik serta fashion yang mereka kenakan menyiratkan bahwa Dara Puspita bersikap seperti halnya kredo pemusik rock n’roll : anti kemapanan.
Sayangnya,perilaku budaya pop yakni musik serapan – rock and roll dengan rasa Indonesia , yang pernah dimunculkan Dara Puspita pada zamannya seperti raib begitu saja ditelan waktu.
Bisa dihitung dengan jari penikmat musik sekarang yang mengenal Dara Puspita.Ketika masyarakat internasional menggunjingkan dan memberikan apresiasi setinggi langit pada Dara Puspita,kita sendiri malah tak tahu menahu dengan keberadaan dan jatidiri Dara Puspita.Ironis.
Terpilihnya Dara Puspita memperoleh anugerah Lifetime Achievement dari Indonesia Cutting Edge Music Award 2014, menurut saya merupakan momentum yang tepat untuk menggali lagi khazanah musik Indonesia yang menginspirasi dari era-era sebelumnya .Sudah saatnya generasi sekarang mengetahui dengan pasti jejak-jejak musik para pendahulunya.
* * * The End * * *